Sabtu, 10 Maret 2012

LOW BACK PAIN / ENCOK

BAB I
PENDAHULUAN


A.   LATAR BELAKANG
Asuransi kesehatan nasional Swedia dari data analisis statistik melaporkan 53% pada populasi dengan aktivitas biasa sehari-hari mengalami nyeri punggung bawah dan 64% pada populasi yang melakukan aktivitas sebagai pekerja berat.
Diperkirakan 60% sampai 80% populasi dewasa pernah mengalami LBP, kira-kira 2% sampai 5% terkena setiap tahunnya.  Orang yang waktu bekerja melakukan gerakan membungkuk yang berulang-ulang atau berjongkok dan  duduk lama mempunyai frekuensi LBP lebih tinggi, masalah psikososial juga penting sebagai faktor pencetus terjadinya nyeri punggung bawah.
Sedangkan khususnya untuk Rumah Sakit Umum Islam Banjarmasin ditemukan jumlah penderita low back pain pada bulan Januari sampai dengan Desember 2003 sebanyak 17 orang (Data Rekam Medik Rumah Sakit Islam Banjarmasin). Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf lainnya mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia.  Adapun kekhususan dari perawataan klien dengan LBP adalah karena masalah yang muncul biasanya bersifat komplek dan mempengaruhi sistem tubuh sehingga asuhan keperawatan yang diberikan mencegah terjadinya defisit neurologis, memberikan dan mengembalikan fungsi dengan cara meningkatkan aktivitas secara bertahap dengan melakukan range of mation (ROM) aktif maupun pasif.
Ada beberapa kendala yang ditemukan sehingga standar keperawatan yang telah ditetapkan rumah sakit tidak dapat dicapai secara maksimal, dari pihak klien misalnya alasan faktor ekonomi dimana klien dengan LBP membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan sehingga membutuhkan dana yang cukup besar jika harus dirawat di rumah sakit, sedangkan dari pihak rumah sakit misalnya masih minimnya tenaga kesehatan dibandingkan jumlah dengan jumlah klien yang memerlukan perawatan sehingga tidak setiap klien dapat dilayani secara maksimal menurut standar keperawatan yang ada di rumah sakit.
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik mengangkat masalah kesehatan khususnya LBP dan mencoba memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh baik dari segi biopsikososial dan spiritual kepada klien dengan LBP di ruang Ibnu Sina RumahSakit Islam Banjarmasin.

B.     TUJUAN UMUM
Dalam menulis makalah ini berharap bahwa kepada para mahasiswa mahasiswi bisa mengerti tentang                                       ”ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LOW BACK PAIN”

C.     TUJUAN KHUSUS
Setelah makalah ini di buat diharapkan mahasiswa dapat:
1.             Mahasiswa mengetahui tentang teori LBP
2.             Mahasiswa mengetahui tentang penyebab LBP
3.             Mahasiswa mengetahui tentang cara pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan LBP
4.             Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan LBP.















BAB II
TINJAUAN TEORI


A.Definisi
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan. (Doenges, Marylinn, 1999:320).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri local maupun radikuler atau keduanya, nyeri ini terasa diantara sudut rusuk terbawah (torakal XII) dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal dan lumbasakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki.
Low back pain nyeri punggung bawah adalah salah satu nyeri yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, juga merupakan persoalan mayarakat karena sering mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja dalam kesehariannya.
Low back pain dapat berupa rasa kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari.  Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.  Sering kali penderita cemas kalau LBPnya berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu anggapan itu tidaklah selalu benar.
Jika diperhatikan secara seksama keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas nyeri, intensitas serta penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap badan seperti berdiri, duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa nyeri.



B.   Anatomi fisiologi
Guna kerangka.
1.         Menahan seluruh bagian-bagian badan (Menopang tubuh).
2.         Melindungi alat tubuh yang halus seperti otak,jantung dan paru-paru.
3.         Tempat melekatnya otot-otot dan pergerakan tubuh dengan perantaraan otot.
4.         tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah.
5.         Memberi bentuk pada bangunan tubuh.
            Ruas-ruas tulang belakang.
Bentuk dari tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama,hanya ada bedanya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya.
Ruas-ruas ini terdiri atas beberapa bagian :
1.             badan ruas merupakan bagian yang terbesar,bentuknya tebal dan kuat,terletak disebelah depan.
2.             Lengkung luas.
Bagian yang melingkaridan melindungi lubang luas tulang belakang terletak di sebelah belang dan pada bagian ini terdapat tonjolan yaitu :
1.         prosesus spinosus / taju duri.
Terdapat ditengah-tengah lengkung luas,menonjol kebelakang.
2.         Prosesus tranversum / taju sayap.
Terdapat disamping kiri dan kanan lengkung luas.
3.         Prosesus artikulasi / taju penyendi.
Membentuk persendian dengan ruas tulang belakang (vertebralis).
Fungsi ruas tulang belakang.
1.             Menahan kepela dan alat-alat tubuh yang lain..
2.             Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3.             Tempat melekatnya tulang iga dan tulang pinggul.
4.             Menentukan sikap tubuh.
Ruas-ruas tulang belakang ini tersusun dari atas kebawah dan diantara masing-masing ruas dihubungkan oleh tulang rawan yang disebut cakram antara ruas sehingga tulang belakang bias tegak dan membungkuk. Disamping itu disebelah depan dan belakangnya terdapat kumpulan serabut-serabut kenyal yang memperkuat kedudukan ruas tulang belakang.
Ditengah-tengah bagian ruas-ruas tulang belakang terdapat pula suatu saluran yang disebut saluran sum-sum belakang (kanalis medulla spinalis) yang didalamnya terdapat sum-sum tulang belakang.
Bagian-bagian dari ruas tulang belakang.
1.         Vertebra sedrvikalis (tulang leher) 7 ruas mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada tagu sayapnya terdapat lubang tempat lalunya syarap yang disebut For Amentuam Versalis (Foramentuan Versorium). Ruas pertama vertebra servikalis disebut Atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan kekanan. Ruas kedua disebut prosesus ke 7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan,taju ruiasnya agak panjang.
2.         Vertebra Torakalis (tulang punggung) terdiri dari 12 ruas,badan ruasnya besar dan kuat. Taju durinya panjang dan melengkung,pada daerah bagian dataran sendi sebelah atas,bawah,kiri dan kanan ini membentuk persendian dengan tulang iga.
3.         vertebra lumbalis (tulang pinggul terdiri dari 5 ruas,badan ruasnya besar,tebal dan kuat. Taju durinya agak picak bagi ruas dari ruas ke 5 agak menonjol disebut Promontorium.
4.         vertebra Koksigius (tulang ekor) terdiri dari 4 ruas. Ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut Os Koksigialis dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan sacrum.
Lengkung kolumna vertebralis dilihat dari samping kolumna Vertebralis memperlihatkan 4 kurva atau lengkung. Lengkung vertikel daerah leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang. Daerah lumbal melengkung kedepan dan derah pelvis melengkung kebelakang. Lengkung servikal berkembang ketika masih kanak-kanak. Sebagai contoh ketika ia merangkak,berdiri dan berjlan mempertahankan tegak.
Sendi kolumna vertebralis dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang dilekatkan diantara tiap-tiap vertebra dikuatkan oleh luigamentum yang berjalan didepan dan dibelakang vertebra sepanjang kolumna vertebralis.
Cakram antar adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat diantara badan vertyebra yang dapat menggerak-gerakan sendi dibentuk antara cakram dan vertebra dengan gerakan yang terbatas dan gerakan dapat fleksi,ekstensi dan lateral samping kiri dan samping kanan.
Fungsi vertebralis sebagai penopang badan yang kokoh sekaligus bekerja sebagai penyangga dengan perantara tulang rawan cakram. Intervertebralis yang lengkungnya memberi flesibilitas memungkinkan membengkok tanpa patah.
Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakan badan seperti waktu berlari dan melompat. Dengan demikian otak dan sum-sum belakang terlindung oleh guncangan. Kolumna vertebralis juga menopang berat badan permukaan berkaitan dengan otot mem,bentuk tapal batas posterior yang kokoh untuk rongga-rongga badan dan kaitan pada iga.

C.     ETIOLOGI
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).  Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.


D.    MANIFESTASI KLINIS
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal kaji lokasi nyeri, sifatnya dan penjalarannya sepanjang serabut saraf (sciatica), juga dievaluasi cara jalan pasien, mobilitas tulang belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris dan persepsi sensoris bersama dengan derajat ketidaknyamanan yang dialaminya. Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukkan iritasi serabut saraf.
Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis (peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebihan) disertai hilangnya lengkungan lordotik lumbal yang normal dan mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksasi dan deformitas yang diakibatkan oleh spasme akan menghilang.
Kadang-kadang dasar organic nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stress dapat membangkitkan spasme otot dan nyeri. Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi terhadap stressor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa pasien dengan nyeri punngung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variable lingkungan dan situasi kerja.

E.     PATOFISIOLOGI
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi  yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi  nyeri(1,3).
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau (Herniasi Nukleus Pulposus) atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.






F.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik :
1.      Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara duduk yang disukainya.  Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk pemeriksaan neurologis).  Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
2.      Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
3.      Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)
4.       Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
5.       Perkusi  : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
Pemeriksaan neurology pada tungkai
1.      Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
2.       Test provokasi (sensorik)
a.       Laseque
b.        Kering
c.        Bragard dan sicard
d.        Patrick (lesi coxae)
e.       Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
3.      Adakah gangguan miksi dan defekasi
4.      Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN)



Pemeriksaan Diagnostik
1.      Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
2.      Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
3.      Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
4.      Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
5.      Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
6.      Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati ).
a.    
G.    PENATALAKSANAAN
1.      Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2.      Medikamentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
3.      Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan ortesa (kovset)
4.      Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.


5.      Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup gerbang nyeri.
6.      Terapi operatic :
     Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan spinger
7.      Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN                LOW BACK PAIN


  1. Pengkajian
Identitas pasien                                        identitas penanggung jawab
Nama               :                                                           nama                :
Umur               :                                                           umur                :
Alamat             :                                                           alamat              :
Pekerjaan         :                                                           pekerjaan         :
Dx Medis        :LBP                                                   
Tgl msuk          :                                                          
1.    Riwayat kesehatan
a.    Keluhan utama   :keluhan yang dirasakan klien.
b.    Riwayat penyakit sekarang : keluhan yang dirasakan saat ini.
Apakah pasien mengalami nyeri, bengkak,kekakuan sendi atau keluhan yang lain.dengan cara menggunakan pola PQRST.
c.    Riwayat penyakit dahulu : riwayat yang dirasakan klien waktu dulu.
d.   Riwayat penyakit keluarga : riwayat penyakit yang ada pada keluarga klien
e.    Apakah pekerjaan pasien merupakan pekerjaan berat berkaitan dengan angkat mengangkat barang.
f.     Apakah pasien merasa kaku/nyeri pada persendiaanya.
2.    Pengkajian pola fungsional
a.    Aktivitas dan istirahat
1)   Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
2)    Tanda  :  Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b.    Eliminasi
Gejala  : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c.     Integritas Ego
1) Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,financial,keluarga.
2) Tanda  :  Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d.    Neurosensori
1) Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
2) Tanda  :  Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e.     Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).  Terdengar   adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
2) Tanda  :  Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f.      Keamanan
Gejala     : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g.     Penyuluhan dan pembelajaran
1) Gejala       :  Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
2) Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.

Pasien nyeri pungung dibimbing untuk menjelaskan ketidaknyamanannya (misal lokasi, berat, durasi, sifat, penjalaran dan kelemahan tungkai yang berhubungan). Penjelasan mengenai bagaimana nyeri timbul dengan tindakan tertentu atau dengan aktifitas dimana otot yang lemah digunakan secara berlebihan dan bagaimana pasien mengatasinya. Informasi mengenai pekerjaan dan aktifitas rekreasi dapat membantu mengidentifikasi area untuk pendidikan kesehatan.
Selama wawancara ini, perawat dapat melakukan observasi terhadap postur pasien, kelainan posisi dan cara jalan. Pada pemeriksaan fisik, dikaji lengkungan tulang belakang, Krista iliakan dan kesimetrisan bahu. Otot paraspinal dipalpasi dan dicatat adanya spasme dan nyeri tekan. Pasien dikaji adanya obesitas karena dapat menimbulkan nyeri punggung bawah.

B.  Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri b.d masalah musculoskeletal
2.      Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
3.      Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung
4.      Perubahan kinerja peran b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
5.      Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas

C.  Intervensi keperawatan
1.      Nyeri b.d masalah musculoskeletal
Intervensi:
a.       Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus yang memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 0–10
b.       Pertahankan tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi lateral
c.       Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi
d.      Bantu pemasangan Brace/korset
e.       Batasi aktivitas selama sesuai kebutuhan
f.       Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau/diraih oleh pasien.

2.      Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, dan berkurangnya kelenturan
Intervensi:
a.       Berikan tindakan  pengamanan sesuai indikasi dengan situasi spesifik
b.      Catat  respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi berikan aktivitas yang disesuaikan dengan klien
c.     Ikuti aktivitas/prosedur dengan periode istirahat, anjurkan pasien untuk tetap berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
d.    Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
e.     Bantu  pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
f.       Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan, tongkat.
3.      Kurang pengetahuan b.d teknik mekanika tubuh melindungi punggung.
Intervensi :
Ajarkan bagaimana duduk, berdiri, berbaring dan mengangkat barang dengan benar.
3.      Perubahan  kinerja peran  b.d gangguan mobilitas dan nyeri kronik
Intervensi:
a.    Perbaiki kinerja peran
b.    Beri pengertian tentang penyakitnya
4.      Gangguan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh b. d obesitas.
Intervensi:
a.       Rencanakan dengan pasien program penurunan BB
b.      Biasakan makan sesuai dengan pola yang teratur
c.       Berikan penjelasan tentang dampak dari obesitas
d.      Kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya



DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2000
Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
http://nursingbegin.com/askep-lbp/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar