Jumat, 29 Juli 2011

IMPAKSI SERUMEN


BAB I
KONSEP TEORI

A.   Anatomi dan fisiologi
·         Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indra ini adalah saraf cranial ke-8 atau nervus auditorius. Telinga terdiri atas 3 bagian : telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.
·         Telinga luar terdiri atas aurikel atau pina, yang pada binatang rendahan berukuran besar serta dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara dam meatus auditorius externa yang menjorok kedalam menjauhi pina serta menghantakan suara menuju membrane timpani.
·         Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu terletak sebelah dalam membrane timpani atau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu dari meatus auditorius externa. Rongga itu sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding membranosa, sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam prosesus mastoideus pada tulang temporalis, melalui sebuah celah yang disebut aditus.
·         Telinga dalam berada dalam bagian ospetrosum tulang temporalis. Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membrane ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.

B.   Difinisi
-          Impaksi serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu (Mansjoer, Arif :1999).
-          Impaksi serumen adalah penumpukan serumen pada kanalis eksternus dalam jumlah dan warna yang bervariasi.
-           Serumen adalah cairan pada canalis externus yang bersifat lengket, kental, berwarna, dan, berbau, yang khas. Fungsi serumen itu sendiri adalah sebagai proteksi telinga terhadap debu, kotoran, pasir bahkan serangga dan bakteri/kuman. Serumen, yang kerap disebut kotoran telinga, merupakan produksi alami telinga. Substansi itu dibentuk oleh kelenjar seruminosa yang terletak disepertiga luar liang telinga.

C.   Etiologi
Adapun faktor penyebab dari impaksi serumen, antara lain:
·         Dermatitis kronik pada telinga luar,
·         Liang telinga sempit,
·         Produksi serumen terlalu banyak dan kental,
·         Terdorongnya serumen ke lubang lebih dalam (karena kebiasaan mengorek telinga).
D.Patofisiologi
            Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakna pada populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-kacangan.

A.   Patway Terlampir

B.   Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit impaksi serumen, antara lain :
·         Pendengaran berkurang.
·         Nyeri di telinga karena serumen yang keras membatu menekan dinding liang telinga.
·         Telinga berdengung (tinitus).
·         Pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo)


C.   Penatalaksanaan Medis
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah, terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka irigasi tidak dapat dilakukan karena air bisa masuk ke telinga tengah dan kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara adekuat.
D.   Pemeriksaan Penunjang
1. Audiometri
2. Audiogram
3. Pemeriksaan sinar X mastoid
4. Tes garputala
5. Pemeriksaan otologis
6. Otoskopi
7. Timpanometri
8. Elektronistagmografi
9. CT Scan
10. MRI
11. Laboratorium : Kultur terhadap patogen
I. Komplikasi
·         Otitis eksterna
·         Perikondritis
·         Trauma gendang telinga


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Pengkajian
1.      Biodata pasien dan penanggung jawab
a.    Biodata Pasien
Meliputi : nama, alamat, umur, pekerjaan, status, jenis kelamin,dll.
b.    Biodata penanggung jawab
Meliputi : nama, alamat, umur, pekerjaan, status, jenis kelamin, hub. dengan pasien
2.      Riwayat kesehatan
-  Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun, nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).
- Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehtan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak benar.
3.      Pola kebutuhan dasar manusia
Pola kebutuhan dasar manusia meliputi :
- Pola napas
- Pola makan dan minum
- Pola eliminasi (BAB dan BAK)
- Pola istirahat dan tidur
- Pola berpakaian
- Pola rasa nyaman
- Pola kebersihan diri
- Pola rasa aman
- Pola komunikasi
- Pola beribadah
- Pola produktivitas
- Pola rekreasi
- Pola kebutuhan belajar
B.   Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi
2. Gangguan persepsi dan sensori (auditori) b.d. perubahan persepsi sensori
3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi
4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit
5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit

C.   Intervensi
-    Dx. 1
Tujuan :  setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan nyeri pasien hilang atau terkontrol, dengan kriteria hasil :
-    Skala nyeri 0-3
-    Wajah pasien tidak meringis
-    Pasien tidak memegang daerah yang nyeri

Intervensi :
1.      Kaji skala nyeri pasien menggunakan PQRST
R   :  untuk mengetahui skala nyeri pasien dan untuk mempermudah dalam menentukan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya
1.      Ajarkan pasien teknik relaksasi dan distraksi
R   :  teknik relaksasi dan distrakasi yang diajarkan kepada pasien, dapat membantu mengurangi persepsi pasien terhadap nyeri yang dideritanya
1.      Delegatif dalam pemberian obat analgetik
R   :  obat analgetik dapat mengurangi atau menghilangkan nyeri yang diderita oleh pasien

-          Dx. 2
Tujuan : setelah diberikan askep 3 x 24 jam, diharapkan ketajaman pendengaran pasien meningkat, dengan kriteria hasil :
-   Pasien dapat mendengar dengan baik
  Pasien tidak meminta mengulang setiap pertanyaan yang diajukan   kepadanya
Intervensi :
1.      Kaji ketajaman pendengaran, catat apakah kedua telinga terlibat
Rasional : untuk mengetahui tingkat ketajaman pendengaran pasien dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.
1.      Ciptakan komunikasi alternatif non-verbal pasien dan orang-orang terdekat, seperti menganjurkan pembicara menulis atau menggunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada pasien
Rasional :  untuk mempertahankan komunikasi dan hubungan yang baik antara pasien dengan orang-orang terdekat
1.      Anjurkan keluarga untuk tinggal dengan pasien
Rasional : untuk menghindari perasaan terisolasi dari pasien
1.      Anjurkan pasien dan keluarganya untuk mematuhi program terapi yang diberikan
Rasional : mematuhi program terapi akan mempercepat proses penyembuhan

-          Dx. 3
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 3 x 24 jam, diharapkan harga diri rendah pasien dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil:
-          Pasien tidak menraik diri dari pergaulan
-          Mengikuti program terapi yang diberikan
-          Pasien bisa mulai bersosialisasi dengan orang lain

Intervensi :
1.      Kontrak waktu dengan pasien untuk mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengungkapkan perasaannya
Rasional : untuk mengetahui apakah pasien menerima dirinya saat situasi tersebut
1.      Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya
Rasional : Merahasiakan sesuatu bersifat destruktif (merusak) terhadap harga diri.
1.      Anjurkan keluarga pasien untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
Rasional : melibatkan pasien dalam keluarga dapat mengurangi perasaan terisolasi dari lingkungan sosial dan dapat pula memberikan kesempatan pada orang terdekat untuk meningkatkan kesejahteraan pasien
1.      Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam setaip tindakan keperawatan atau tindakan pengobatan dan sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Rasional : partisipasi sebanyak mungkin dalam pengalaman dapat mengurang depresi tentang keterbatasan
1.      Berikan respon positif terhadap segala tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri dan kemajuan perkembangan kesehatannya
Rasional : Respon yang positif dapat membantu pasien untuk menghilangkan perasaan dari kegagalan dan membentuk pasien muai menerima penanganan terhadap penyakitnya.

-          Dx. 4
Tujuan :  setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan rasa cemas pasien dan keluarganya berkurang atau hilang, dengan kriteria hasil :
-    Pasien dan keluarganya tidak terus menerus menanyakan tentang penyakit yang diderita oleh pasien
-    Pasien dan keluarganya memahami tentang penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien
-    Pasien tampak rileks


Intervensi :
1.      Evaluasi tingkat ansietas pasien dan keluarganya, catat respon verbal dan non-verbal.
R   :  untuk mengetahui tingkat ansietas pasien dan keluarganya
1.      Berikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan proses penyakit yang diderita oleh pasien
R   :  informasi yang diberikan dapat mengurangi ansietas yang dirasakan oleh pasien dan keluraganya, dan dapat pula meningkatkan kepahaman pasien dan keluarganya tentang penyakit yang diderita oleh pasien
1.      Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai setiap tindakan keperawatan yang akan diberikan
R   :  dapat mengurangi ansietas pasien dan keluarganya, serta dapat menciptakan rasa saling percaya

D.   Evaluasi
    1. Dx. 1
Nyeri pasien hilang atau terkontrol.
    1. Dx. 2
Pasien dapat mendengar dengan baik.
    1. Dx. 3
Harga diri rendah pasien dapat diminimalisir
    1. Dx. 4
Kecemasan pasien dan keluarganya berkurang atau hilang




DAFTAR PUSTAKA
Adams,George L.dkk.1997.Boies:Buku Ajar Penyakit THT.Ed 6 : Jakarta.EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC
Doungoes, marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3 : Jakarta. EGC
Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3: Jakarta.Mediaaesculapius
www. iranichi.multiply.com
www.blogdokter.net/2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar